Senin, 05 November 2012

SISTEM BUOY DENGAN MENGGUNAKAN TELEMETRI

Pembuatan sistem buoy untuk kepentingan kelautan sudah banyak dilakukan dan diantaranya banyak yang menggunkan teknologi satelit untuk kepentingan transfer data, disamping itu sistem buoy juga tidak hanya digunakan untuk kepentingan transfer data parameter di laut akan tetapi banyak juga digunakan untuk kepentingan pemetaan kondisi perairan. Oceanor telah mengembangkan teknologi WWA (World Wide Atlas) untuk memetakan kondisi umum perairan seperti arah dan pola arus di perairan.
Aanderaa Instrument juga sebagai perusahaan enginering untuk membuat peralatan – peralatan untuk kepentingan survei kelautan sudah lama mengembangkan ssstem buoy, biasanya buoy yang dibuat tergantung kebutuhan pengguna. Misalnya Coustal Monitoring Buoy (CMB 3280) yang di operasikan di Canada memakai sistem radio telemetri dengan frekuensi tinggi. Aplikasi yang lain sistem buoy dapat digunakan untuk mengukur tinggi muka gelombang laut, dinamakan buoy altimeter biasanya digabung dengan instrumen pendeteksi parameter cuaca seperti pengukur kecepatan dan arah angin, suhu permukaan dan lain – lain (Barstow, 1997). 
Di Indonesia konsep tentang pengukuran parameter dengan menggunakan buoy ini sudah sejak tahun 1994 dikembangkan dengan melalui program Seawatch Indonesia yang bekerjasama dengan Norwegia.
Menurut Borden (1997) bahwa untuk membangun suatu modular offshore acquisition systemwireless and radio or satellite communication  perlu dipertimbangkan beberapa hal penting yaitu: dengan menggunakan 
1.        Sistem data (Data System), dimana data dapat dengan mudah untuk dipindahkan (movable) ke dalam system pengolah (acquisition data system), Low noise data, Advanced command and telemetry capability, artinya mudah ditransmisikan dengan memakai sistem telemetri baik memakai telemetri radio atau satelit.
2.        Mooring, konstruksi sistem buoy haruslah stabil, dan cocok untuk sistem koneksi kelistrikan di bawah air.
3.        Buoy Platform, harus memperhatikan ketahanan, aspek biaya pembuatan, material yang dipakai, mudah pemasangannya, dapat dikonfigurasi ulang (reconfigurable).
4.        Telemetri (radio and satellite) link capability.
Pada sistem buoy terdapat 2 stasiun pengendali, yaitu stasiun pengirim (transmitter) dan stasiun penerima (receiver) (Borden,1997. untuk kepentingan transfer data ada tiga metode yang biasa digunakan, diantaranya adalah:
1.        Transfer data dengan satelit
2.        Transfer data dengan GSM (Global System for Mobil Communication)
3.        Transfer data dengan RF (Radio Frekuensi)

Sistem Peringatan Dini


Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang terhubung dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Penyebab Terjadinya Tsunami


Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung apigempa bumilongsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
  • Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
  • Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
  • Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Tsunami Pictures






Tsunami